06 December 2011

Setitik Cerah di Ragunan

Kata siapa ASUI cuman bisa ngumpul sambil bengong? Kata siapa ASUI cuman bisa nyangkruk sambil jowoan? Kata siapa ASUI cuman ada di Depok? Kita sebagai anak perantauan di tengah kehidupan ibu kota ga mau kalah buat mengeksplor setiap sudut kota Jakarta. Jadinya, Sabtu 3 Desember kemarin, ASUI jalan-jalan bareng menapakkan kaki di tengah kota, tepatnya di ........... Ragunan.


Selain buat mencari saudara yang lama hilang, kita ke Ragunan buat refreshing dari kejaran deadline yang tentu saja bikin kita makin akrab. Tapi refreshing kita lebih dari sekedar cuci mata dan ketawa-ketiwi, petualangan kita di Ragunan juga diwarnai dengan kegiatan meningkatkan solidaritas dan karakter diri. Di tengah-tengah hiruk pikuk kebun binatang, kita menyempatkan diri untuk mengadakan team building. Dengan Mas Big Zaman (ASUI, Fasilkom, 2007) sebagai pembicara utama, kita semua berdiskusi tentang gimana ASUI ke depannya, gimana hidup di dunia kampus, gimana serunya jadi anak perantauan, dll.
 Dalam pencerahan yang beliau berikan, Mas Big menyampaikan 3 poin penting yang bermanfaat. Pertama, sebagai sebuah paguyuban yang berasal dari rumpun dan bahasa yang sama, ASUI harus menjadi keluarga kita di sini. Beliau juga menceritakan gimana ASUI bisa terbentuk pada 2006. Saat dia menjadi maba, yang pertama dan paling membantunya mulai dari keberangkatan, akomodasi, hidup di sini, dan adaptasinya adalah temannya sesama Surabaya, sesama ASUI. Maka dari itu, ASUI sebagai suatu keluarga harus peka terhadap kondisi sesamanya dan selalu saling bantu menghadapi kesulitan.
Poin kedua adalah gimana kita bertahan di dunia kampus. Biasanya, masa-masa menjadi maba (mahasiswa baru) adalah masa-masa rentan untuk merasa salah jurusan. Gak sedikit mahasiswa yang merasa kesulitan menghadapi tekanan dunia kampus dan tergoda untuk mencoba lahan yang lain. Namun, hal itu ga bisa dilakuin begitu saja, apalagi bagi kita-kita yang kuliah di UI. Karena menjadi mahasiwa di universitas terbaik di negeri ini bukan main-main. Menyandang jaket kuning juga bukan sekedar suatu hal yang gampang diraih. Makanya, jika ada yang merasa kesulitan atau salah jurusan, lebih baik kita menikmati setiap detiknya dulu. Syukurin apa yang ada, itu kuncinya. Jangan sampai karena ada tantangan sedikit kita langsung menghindar dan menyalahkan keadaan. Padahal siapa tau dibalik tantangan kecil itu ada nikmat yang lebih besar lagi.
Terakhir, setiap langkah yang ASUI jalani bareng-bareng harus selalu diiringi oleh kegiatan yang bermanfaat. Bagaimanapun juga, kita ga boleh lupa sama jati diri kita sebagai makhluk ciptaanNya. Jadi, ASUI harus saling mengingatkan untuk menjadi insan lebih baik lagi. Selain itu, ASUI juga harus bisa memotivasi adek-adek yang ada di Surabaya untuk berani bermimpi. Toh, mimpi itu gratis, jadi gak bakal rugi buat bermimpi. Asalkan kita tetap konsisten dan istiqomah terhadap mimpi tersebut. Beliau mencotohkan Naruto sebagai tokoh yang mempunyai tekad kuat untuk mengejar cita-citanya. Bahkan di setiap chapter Naruto selalu melantangkan mimpinya ke semua orang, “Suatu saat aku akan menjadi Hokage!”
Kekeluargaan, selalu bersyukur, dan tidak takut untuk bermimpi adalah poin yang harus dibawa ASUI biar jadi keluarga yang lebih hebat lagi. Emang sih buat menyatukan itu semua menjadi kesatuan yang sempurna itu ga gampang. Namun, dalam langkah ke depannya ASUI akan selalu berusaha untuk menjadi keluarga yang selalu guyub dan memberikan manfaat. Begitu juga buat kalian yang masih galau buat lanjut ke UI, Naruto aja berani jadi Hokage, masa’ arek Suroboyo ga berani masuk UI?

Related Posts by Categories

0 comments:

Post a Comment

tulis komentar...