Kali ini ASUI mewawancarai someone special. Bagaimana tidak spesial, dia adalah Ketua BEM Fakultas Ekonomi UI. Ditambah lagi, dia bukan hanya sekedar ketua BEM, tapi juga bagian dari kita, ASUI. Bagi yang bercita-cita untuk berkiprah menjadi aktivis di organisasi kampus, WAJIB membaca artikel ini karena kita akan memetik pelajaran berharga dari sosok Ketua BEM yang sederhana ini.
Tibalah kami di Fakultas Ekonomi menuju Kolam Makara, sebuah tempat paling indah di FE dimana sebuah air mancur berlambang makara dikelilingi kursi-kursi taman dan tumbuhan yang cantik. Lalu kami menemukan dia, sosok berkaus hitam yang enerjik. Ya, dia adalah Mochammad Thanthowy Syamsuddin. Awalnya tidak menyangka bahwa di balik sosoknya yang kecil, ia dalah ketua BEM FE UI. Namun ketika sudah mulai berbicara lebih lanjut dengannya, terlihat kharisma seorang pemimpin muncul padanya.
Mas Thanthowy adalah mahasiswa Manajemen FE UI, mengambil konsentarsi di bidang Marketing. Alumni SMAN 1 Sidoarjo ini awalnya tidak berpikir untuk masuk UI. “UI terlihat jauh sekali,” begitu katanya. Namun, kedatangan para senior ke sekolahnya begitu membuka mata bahwa UI tidak “sejauh” yang dibayangkan. Justru dengan masuk UI akan membuka begitu banyak kesempatan dan pengalaman baru yang mungkin tidak akan didapat jika terus berada di kampung halaman.
Mas Thanthowy ketika berhasil masuk FE UI tidak hanya sekedar menjadi mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang – kuliah pulang. Mantan Ketua SKI SMAN 1 Sidoarjo ini menerapkan ilmunya dengan mengajar mengaji anak-anak sekitar kosannya. Tidak hanya itu, ia merupakan mantan Kepala Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM FE UI sebelum akhirnya menjadi Ketua BEM FE UI seperti sekarang.
Meskipun kiprahnya di bidang organisasi terbilang cemerlang, bukan berarti Mas Thanthowy tidak menemukan asam garam di dalamnya. Mas Thanthowy menceritakan kembali masa lalu ketika awal-awal menjadi mahasiswa. “Dulu saya mengikuti hampir semua kepanitiaan, namun nilai saya jadi tidak begitu bagus”. Ditambah lagi Mas Thanthowy pernah “kecemplung” dalam bidang kepanitiaan yang tidak sesuai dengan passion-nya, “Saya merasa bersalah karena tidak memberikan kontribusi maksimal dalam kepanitiaan tersebut karena saya tidak ahli di bidang itu”. Namun Mas Thanthowy tidak berlama-lama dalam keadaan itu. Ia segera menemukan passion-nya, yaitu di bidang sosial sehingga ia berorganisasi di bidang yang erat kaitannya dengan bidang sosial, dan ia cemerlang di sana. “Karena itu, ketahuilah passion kamu sebenarnya apa,” begitu pesan Mas Thanthowy.
Kemudian Mas Thanthowy sedikit menceritakan tentang proses pemilihan Ketua BEM. Ia harus melakukan kampanye, debat dan sebagainya. “Saya menampilkan diri saya apa adanya,” mungkin inilah yang membuat ia terpilih. Penasaran, kami menanyakan siapa yang mendanai poster-poster dan spanduk kampanye yang banyak beredar. Dengan tersenyum Mas Thanthowy menjawab, “Tentu dengan biaya sendiri. Karena itu dari awal kita harus sudah tahu goal kita agar siap”. Kemudian di tengah wawancara Mas Thanthowy menyapa dengan akrab seorang mahasiswa yang ternyata termasuk “oposisi”-nya. “Oposisi itu perlu agar terjadi check and balances,” katanya sambil tersenyum kembali.
Sebelum menutup obrolan dengan kami, Mas Thanthowy berpesan pada kita semua, “Pertama, set the goal(s). Then, do it. Simple!” katanya sambil tersenyum. “Untuk mempermudah mengetahui goal kita bisa melihat dari Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Kalau kamu ingin fokus di bidang akademis, jadilah Mapres (Mahasiswa Berprestasi). Kalau saya ingin di pengabdian masyarakat, maka dari itu saya memilih jadi aktivis organisasi”.
Satu hal yang sangat kami catat pada diri mas Thanthowy dan bisa jadi pelajaran bagi kita semua: sikapnya yang rendah hati. Meskipun ia memiliki jabatan yang tinggi, mengobrol dengan mas Thanthowy rasanya seperti mengobrol dengan kawan lama.
Terakhir, Semoga kita sudah menemukan passion masing-masing, menetapkan tujuan, dan LAKSANAKAN!